featured-content
Perubahan Iklim akibat Pemanasan Global
Beberapa tahun terakhir ini dapat kita rasakan perbedaan bahwa iklim telah berubah secara drastis. Realita yang kita temukan sehari-hari sudah cukup membuktikan bahwa iklim telah berubah.
Sebagai contoh, pada waktu pagi hari, sekitar pukul 06.00 WIB beberapa tahun terakhir ini panas matahari terasa menyengat kulit. Berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, pukul 06.00 WIB masih terasa segar bahkan cenderung masih dingin.
Hal di atas merupakan satu dari sekian contoh realita yang dapat kita rasakan mengenai peningkatan suhu secara global. Aktivitas industri, penebangan dan pembakaran hutan, asap kendaraan bermotor, dan sebagainya merupakan serangkaian aktivitas manusia yang dapat menurunkan kemampuan ozon (O3) dalam menahan laju pemanasan global.
Pemanasan global ini akan menimbulkan dampak negatif yang luar biasa terhadap kehidupan manusia di bumi. Yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang akan kita salahkan atas serangkaian fenomena yang terjadi? Usaha apa yang bisa kita lakukan ?
Dampak Pemanasan Global Bagi Dunia
Seperti halnya carbondioksida CFC yang merupakan gas rumah kaca mempunyai potensi yang lebih tingi terhadap pemanasan global dibandingkan gas carbondioksida sehingga dampak akumulasi CFC di atmosfer mempercepat laju pemanasan global. Dampak yang diterima alam adalah naiknya permukaan air laut karena perubahan iklim seperti curah hujan yang tidak teratur.Menurut sebuah artikel bahwa temperature atmosfer pada tahun 2100 akan meningkat dari 1,5 derajat menjadi 4,5 derajat celcius yang mengakibatkan laut akan naik 15-95 cm. Dampak pemanasan global dari segi ekonomi secara otomatis pastilah ada seperti, karena bencana banjir banyak rumah-rumah penduduk yang tenggelam, harta-harta yang mereka miliki lenyap terbawa arus banjir atau harta mereka telah habis untuk pendanaan rumah-rumah mereka yang roboh ataupun untuk renovasi rumah setelah bencana tersebut usai. Lebih parah lagi ketika bencana ini menghilangkan lapangan pekerjaan rakyat maka jumlah pengangguranpun juga bertambah.
Selain itu, dari bidang kesehatan pemanasan global juga menyebabkan kerugian yang banyak. Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO) sepanjang 1976-2008, tercatat 30 penyakit baru muncul akibat perubahan iklim dan pemanasan global. Penyakit yang kelihatan banyak muncul yaitu demam berdarah, kolera, diare, disusul virus ebola yang sangat mematikan. Penyakit yang muncul ini kata mentri lingkungan hidup, Amanda Katil Niode karena temperatur suhu panas bumi yang terus meningkat.
Pengundulan dan Kebakaran Hutan
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg9uUULickZwnUKpSTr30PyiScSWoFYMDq7N_WwH14ZuGU9snL1Fxfpbl6Ukh26NQnZEeBEHVPnNQF42CtSlyK88YAYCaHHh4aRDAYNEcz7MUXon1NmvXHDG_orODb9EDkPdsPCzYSwPcZ/s320/200810040239331.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz9QoI0hE_qK18EaE9Yht1cRKah3GvIJOhv2IAcoAV-wHjPRZ5DYCdz2-7KdE16VC8iJvQPUvWQ-TorR7Ga32cvzRJb0H88367wefgVJCd6C01-MUKHKt4-fa5m0O3nS3aV-s5BYO0laul/s320/kobongan.jpg)
Kedua sebab diatas merupakan pelengkap dari adanya bertambahnya konsentrasi GRK seperti telah disebutkan diatas. Hutan yang mempunyai tugas sebagai penyerap CO2 telah berkurang, tetapi gas yang seharusnya diserap telah menjadi lebih banyak dan tak mampu lagi diserap seluruhnya oleh tumbuhan-tumbuhan seperti dahulu, sehingga GRK akan menumpuk dan menumpuk lebih banyak lagi. Hutan yang hilang juga akan menimbulkan bencana-bencana seperti tanah longsor, banjir, dan kekeringan karena hutan tidak lagi berfungsi sebagai penyimpan cadangan air.
Efek Rumah Kaca
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak untuk ditinggali manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan menjadi 330C lebih dingin. GRK seperti CO2, CH4, dan N2O, HFC, PFCs dan SF6 dihasilkan oleh aktivitas manusia terutama yang berhubungan dengan aktifitas pabrik, penggundulan hutan, pembakaran bahan bakar fosil, AC, kendaraan bermotor, dan kebakaran hutan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut menyebabkan konsentrasi GRK diatmosfer meningkat.
Berubahnya konsentrasi GRK di atmosfer yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi keangkasa sebagian besar terperangkap didalam bumi akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK diatmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan pemanasan global.
"Indonesia, Paru-Paru Dunia!!!"
Dengan keadaan yang demikian tidak bisa dipungkiri lagi betapa bergantungnya masyarakat dengan hutan sebagai sumber daya alam yang berada disekitar mereka. Hutan memiliki peran yang penting sebagai paru-paru dunia karena di dalamnya banyak terdapat tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan gas oksigen selain itu hutan juga berfungsi untuk menyerap air yang kemudian diolah menjadi mata air dan cadangan air demi kelangsungan kehidupan flora dan fauna yang hidup di hutan.
Hutan juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi terutama pohon-pohon yang tumbuh subur di dalamnya. Masyarakat yang tinggal dipedesaan telah menjadi satu dengan hutan sudah selayaknya memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini mempunyai dampak positif dan negatif, dampak positifnya yaitu terpenuhinya kebutuhan masyarakat di sekitar hutan, sebagai contoh minimal terpenuhinya kebutuhan sehari-hari baik dari hasil pertanian, perkebunan atau dari hasil hutan. Sedangkan dampak negatifnya adalah bila pengolahan atau pemanfaatan sumber daya alam kurang bijaksana dapat merusak hutan seperti punahnya fauna, hutan gundul dan tanah longsor.
Hal-hal seperti inilah yang sering terjadi, kebanyakan orang memandang nilai hutan dari segi ekonomisnya saja tanpa mengindahkan kelangsungan hidup ekologi hutan. Ketika hutan mulai rusak banyak pihak yang menyalahkan negara kita, hal ini dapat dimaklumi karena kerusakan hutan terutama pengundulan hutan mempunyai dampak yang tidak hanya dirasakan oleh masyarakat lokal tatapi juga masyarakat luas bahkan masyarakat dunia karena hutan tropis merupakan paru-paru dunia, apalagi karena indonesia merupakan negara yang mempunyai hutan tropis terluas setelah Brazil.
Secara umum penggundulan hutan di Indonesia dapat mengakibatkan perubahan iklim, kemarau panjang dan kegagalan panen. Hutan yang seharusnya dapat menyerap air, setelah hutan gundul maka air dari hujan tidak dapat di tampung dan akhirnya mengalir ketempat-tempat yang lebih rendah dan menyebabkan banjir, erosi, dan kemudian tanah longsor. Kekeringan melanda pada musim kemarau karena cadangan air yang seharusnya dapat diciptakan oleh hutan sudah lenyap. Keadaan ini diperparah lagi dengan adanya pemanasan global yang di ciptakan manusia pula yaitu disebabkan oleh efek rumah kaca. Pemanasan global akan dikuti dengan perubahan iklim seperti curah hujan yang tidak teratur menambah parah bencana-bencana yang terjadi.
Oleh karena itu diperlukan solusi-solusi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan seperti yang telah di jelaskan di atas demi kelangsungan hidup umat manusia.
Pemanasan Global
Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata – rata permukaan bumi akibat peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer.
Gas – gas rumah kaca diantaranya karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogenoksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorocarbon (PFC), sampai sulfur heksaflurida (SF6). Gas-gas rumah kaca ini disebabkan karena adanya pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan gas karbondioksida, menumpuknya sampah yang menghasilkan gas metana dan kegiatan manusia lainnya.
Dampak dari pemanasan global adalah iklim yang tidak teratur seperti curah hujan yang meningkat yang mengakibatkan kekeringan di waktu musim kemarau akibat tidak adanya resapan air hujan, naiknya permukaan air laut, munculnya banyak penyakit, dan akibat yang paling sering dirasakan secara langsung karena tingginya curah hujan adalah banjir. Musibah ini sudah menjadi langanan di kota-kota besar seperti Jakarta, Solo, dan kota-kota lainnya.
Dampak Exploitasi Hutan yang Berlebihan
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilQWgOmyIfjmMWbmzskDKXsFazdZbSe0z_g_dc8WwApHPmC1PxmEIpVHn3R8vrD1AfJBKYwcvZs-qgEeJcZkHZoHRCuAmjt7u4NGy7hk1kAtCQ9mLh5UlrvIqlxtIHuLD37-yEDYqpyRl6/s320/1172.jpg)
Solusi yang ditawarkan untuk merubah perilaku sosial tersebut, perlu dibuat UU Kehutanan yang berkaitan dengan perlindungan hutan khusus tentang tata cara penebangan kayu untuk mengurangi dampak yang berkepanjangan terhadap kerusakan hutan.